Between Words | Devi Sofiyanti

Kepada yang menuliskan nama di atas pasir

Kau tahu bahwa ombak akan menghapusnya
Kau sadar bahwa pasir tak mampu menyimpan jejaknya
Kau yakin tulisan itu takkan bertahan selamanya
Tetap saja dengan senyum kau ukir namanya
Tetap saja dengan semangat kau gores huruf demi huruf
Tetap saja dengan cinta kau saksikan hasilnya
Meski kini hanya tinggal memori
Dia tak lagi kau miliki
Tak lagi berbagi perihal hari yang dilalui
Seolah tak pernah saling melengkapi

Foto debur ombak


Selamat hari puisi!

Bertepatan dengan hari puisi kutuliskan kata-kata ini dengan sisa memori.

Ada perasaan yang tak mampu diungkapkan. Barangkali cukup disimpan dalam kotak bernama kenangan. Ada bahagia dan sedih yang datang bersama.

Pernahkah kamu mengalami hal serupa?
Ketika menulis namanya di atas hamparan pasir dengan penuh cinta, lalu tanpa permisi ombak menghapus segalanya?

Saat itu mungkin kamu hanya berpikir bahwa ombak memang mampu menghapus namanya hingga tak berjejak, tapi tidak denganmu. Sayangnya, waktu menunjukkan bahwa kamu sama seperti debur ombak itu. Perlahan kamu juga menghapus namanya dari hatimu—dari hidupmu.

Kenyataan selalu penuh kejutan. Itulah hal yang akhirnya aku sadari.

Seseorang pernah mencoba mengabadikan nama orang yang ia cintai di atas pasir, belum lama dinikmati, ombak menghilangkan jejaknya. Dia sedih. Sesuatu yang ia ukir dengan semangat dan kasih, kini tak lagi bersisa. Dengan yakin dia berpikir bahwa dia tak akan seperti ombak itu, tapi dia salah. Mereka tak ada bedanya. Dia dan ombak.

Sama-sama mudah mengahapus jejak indah.

Setelah itu apa? Hidup dia dan seseorang yang ia cintai kini bersekat. Bahkan masing-masing telah saling melupa. Pedahal dulu, di atas pasir mereka saling mengukir nama dan berjanji untuk terus bersama. Lalu ombak datang menghapusnya. Tak lama berselang, rasa mereka benar-benar sirna seperti goresan huruf-huruf yang hilang begitu saja.

Tapi diantara sirna itu, ada satu hal yang abadi. Potret indah huruf-huruf itu yang sempat tertangkap kamera. Hanya itu yang tersisa, hanya itu yang mereka punya.

Namun, perihal cerita, mereka tak ingin melanjutkannya.

Nama di atas pasir itu hanya bagian dari kenangan, yang lambat-laun dilupakan ingatan.




Lelaki yang tak pernah kukenal, tak pernah bertegur sapa. Namun, bisa kurasakan keramahannya. Sesederhana itu aku menilai manusia. Menaruh hal-hal baik sebagai kesan pertama.



Sampai detik ini aku tidak tahu siapa namamu. Namun, bagiku itu cukup.

Aku tak pernah menginginkan informasi lebih. Toh, kita pun tak pernah terlibat dalam suatu keadaan apapun. Kita hanya sama-sama berada di ruang yang sama dengan pikiran yang jauh dari raga.

Lalu, untuk apa aku menulis?

Aku menulis karena bagiku kamu menarik. Kamu terlihat seperti orang baik.

Tanpa kusadari, ternyata hadirmu mengundang rasa penasaran dalam diri.

Berkali-kali tak sengaja berjumpa tanpa pernah saling sapa, bahkan aku yakin keberadaanku pun belum tentu kamu menyadarinya. Tak apa. Bagiku, mengetahui kamu hidup di dunia saja sudah cukup. Aku tak peduli siapa namamu, dari mana asalmu, dan mengapa kamu selalu menyendiri di situ. Dan tidak ada yang ingin kuketahui lebih banyak. Aku hanya tertarik padamu karena satu hal, tanpa alasan lain yang mampu aku jabarkan.

Satu hal itu adalah tentang mengapa aku selalu menyadari bahwa kamu ada, duduk menyendiri di samping jendela, selalu begitu setiap kali retinaku menangkap sosokmu di ruang yang bagiku ini cukup leluasa. Sederhana tapi mampu membuatku merasa ada sesuatu yang istimewa. Tidak tahu apa.

Terkadang aku tak mengerti pada diriku sendiri. Aku tak mengerti mengapa diriku seolah tak pernah lelah mengamati. Diam-diam aku mengamatimu. Melihatmu tersenyum saat menatap ponselmu. Aku pun tidak tahu apa yang membuatmu perlahan melengkungkan bibirmu membentuk sebuah rona bahagia dengan begitu sederhana. Tapi jujur, aku suka melihatnya.

Sedikit gila memang.

Tapi, percayalah bahwa perempuan ini hanya sekedar ingin mengamatimu dan menceritakan pada dunia bahwa ada orang unik sepertimu. 

Mengamati seseorang yang bahkan tidak kamu kenal, tapi itu memberikan rasa bahagia yang sulit kujelaskan.

Jangan khawatir, aku tak berniat melakukan hal aneh yang akan mengganggu hidupnya, aku hanya suka cara ia menjalani harinya. Secangkir teh sepertinya menjadi minuman kesukaannya. Lihat, betapa aku menaruh banyak perhatian padanya tanpa sedikit pun berniat untuk mengenalnya.

Konyol.

Tapi, beberapa dari kita memang terkadang perlu melakukan hal-hal tak biasa, agar hidup terasa lebih berwarna. Salah satu yang paling membuatku bahagia adalah dengan memperhatikan gerak-gerik seseorang yang ada di depan mata. Termasuk mengamatinya.

Aku tidak berharap akan ada kesempatan bagiku untuk mengenalnya, mengetahui siapa namanya, dari mana asalnya, dan mengapa ia tidak pernah lepas dari teh dan jendela, juga senyum di bibirnya setiap kali ia menatap ponselnya. Namun, sepertinya dia orang baik, sederhana dan bahagia. 

Terima kasih, telah terlahir di bumi. 
Kamu mungkin tidak membayangkan akan ada seseorang yang menuliskan catatan gila ini karena melihatmu. 

Semoga harimu selalu menyenangkan!
Terima kasih sekali lagi. 
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

TEMUKAN SAYA

TERPOPULER

  • BerbicaraTentangBuku: Novel P. S. I Still Love You karya Jenny Han
  • Orang Asing di Sudut Ruangan
  • Lazuardi: Suatu Awal
  • BerbicaraTentangBuku: Kumpulan Cerita Madre karya Dee Lestari
  • Tentang Peter dan Wendy
  • BDHK: Setelah Hari Itu #3
  • Belanja Buku Online di Shopee Mizan Jakarta (mbcjakarta), Untung Besar!
  • Kepada yang menuliskan nama di atas pasir
  • Bertahan pada Pilihan
  • Cerita: Lazuardi [Bagian 1]

KATEGORI

  • #30DaysWritingChallange 10
  • Cerita 24
  • Cerita Bersambung 2
  • DAY 1 : Describe your personality 1
  • Lazuardi 2
  • Puisi 5
  • Serba-serbi Perbukuan 15
  • Tentang Film 5
  • Tentang Kehidupan 41
  • Ulasan Buku 17
Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
deefesef
Hi, Devi di sini! Menuliskan apa yang tidak akan pernah dia baca, juga menulis tentang berbagai rasa dan tanya, serta banyak hal lainnya. Temui saya di : @deefesef (Instagram)
Lihat profil lengkapku

ARSIP

  • ►  2023 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ▼  2020 (85)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (27)
    • ►  Agustus (16)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (9)
    • ▼  April (2)
      • Kepada yang menuliskan nama di atas pasir
      • Orang Asing di Sudut Ruangan
    • ►  Maret (4)
  • ►  2019 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (1)
  • Beranda
  • Rangkaian Kata
  • Ulasan Buku

© - Devi Sofiyanti | Designed by OddThemes