Bukuvella

Aku akan memberitahumu sebuah kisah tentang seorang gadis penyuka cerita bernama Bukuvella dan seorang lelaki pelukis senja, Lukas Kuas Saputra, lewat surat-surat yang akan kutulis di bawah ini.

Surat Pertama :
Kamu ingin menyapanya lewat kata
Walaupun kamu tahu takkan mungkin ia baca
Tapi lembar-lembar ini akan tetap bercerita
Tentang sorot mata yang begitu magis
Tentang senyum yang merekah tipis
Kamu gembira melihatnya melukis
Namun juga merasa teriris,
mengingat dia takkan mungkin membaca apa yang kamu tulis.


Surat Kedua :

Dia diam di sana, dunianya terfokus pada kanvas
Di belakangnya kamu mencoba mengamati
Kamu tulis semua warna yang ia gunakan
Sepertinya kamu mulai hafal warna-warna kesukaanya
Saat dia berbalik ke arahmu
Kamu menyerahkan catatan itu padanya
Kamu takut keliru mengartikan sesuatu tentangnya
Dengan halus dia menolaknya
Dan berkata bahwa dia tak mampu membacanya
Menurutnya kata-kata terlalu rumit untuk dipahami
Dia bahkan tak ingin mempelajari
Hingga dia memilih tidak tahu sama sekali.

Surat Ketiga :

Kamu adalah buku yang terbuka lebar
Sementara dia seorang buta huruf
Semuanya percuma saja
Kisahmu takkan mampu ia baca
Yang ia tahu tentangmu hanyalah satu
Bahwa kau adalah sebuah buku
Dan ia tak berniat belajar membaca
Karena baginya hal itu tiada guna
Ia terobsesi pada kanvas penuh warna
Bukan memahami kata-kata.



Ini hanya sebagian dari suara-suara mereka yang mampu kutulis. Aku masih ingin bercerita tentang mereka, sebab kisah mereka belum usai. 
Thx sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan singkat ini :)


0 Comments