BerbicaraTentangBuku: Angin Bersyair karya Andrei Aksana

Berbicara tentang buku. 

Sekilas tentang Novel Angin Bersyair

Judul : Angin Bersyair

Penulis : Andrei Aksana

Jumlah halaman : 216 halaman

Tahun terbit : 2014

ISBN : 978-602-03-1158-6

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Angin Bersyair

 

Cover buku ini cantik banget. Warnanya lembut dan ilustrasinya sangat indah. Perpaduan lembah, bunga, awan, dan layang-layang sangat pas untuk menggambarkan keindahan dan ketenangan Bali.

Ini fotonya:

Angin Bersyair


BLURB

Berbekal secarik kertas aku berangkat. Dituliskan begitu tergesa oleh Kiev, arsitek yang menjadi kekasihku, di atas selembar kertas yang sembarang dirobek. Alamat tanpa nama jalan dan nomor, membawaku menjelajahi Ubud.

Di sanalah aku memulai titik nol. Membaca isyarat-isyarat alam yang disampaikan sawah, sungai, lembah. Mempertemukan dengan Raka, dosen seni dan pelukis, dan Nawang, dunia yang diam, yang memperkenalkanku kepada angin.

Jawaban yang kucari malah menuntunku menemukan kertas-kertas yang lain. rahasia-rahasia, yang dikisahkan angin...


Blurbnya aja menyentuh, gimana isinya? 

Itulah yang terlintas di kepalaku saat pertama kali melihat novel ini. Dan karena itu pula akhirnya aku memutuskan untuk menjadikannya milikku.

Novel ini menceritakan perjalanan Sukma dalam mencari sebuah tempat yang dimaksud oleh kekasihnya. Sayangnya, ia sudah tersesat sejak pertama kali membaca alamat itu. perjalanannya menjadi sebuah perjalanan yang bahkan ia sendiri tidak yakin tempat apa yang sebenarnya akan ia tuju, sampai akhirnya ia bertemu dengan Raka, lelaki yang mengenalkannya pada hal-hal baru. Bersama Raka, ia merasa menemukan dirinya, sekaligus menyadari bahwa ia bukan siapa-siapa. 

Konfliknya menurutku tidak terlalu wah, tapi tetap menggugah. Alurnya cukup lambat, sehingga saat pertama kali membacanya aku sempat merasa bosan, tapi awal dan akhir ceritanya menurutku sangat menarik. Bahkan aku sampai membaca novel ini berulang-ulang.

Secara keseluruhan aku menyukai novel sastra ini. Gaya penulisan Andrei Aksana yang puitis membuatku hanyut dalam setiap untaian kata yang dirangkainya. Penjelasan mengenai bentuk bangunan rumah, letak suatu tempat, dan budaya Bali ditulis dengan sangat rinci. Dan endingnya sukses membuatku galau berkepanjangan. Walaupun sejujurnya aku lebih menyukai gaya penulisannya dibandingkan dengan ceritanya, tapi ending ini ternyata mampu menimbulkan rasa sedih dan hampa yang luar biasa.

Selain itu, ada satu hal yang menarik perhatianku, Nawang. Yap, sosok Nawang ini lebih menyita perhatianku daripada Sukma, tokoh utamanya. Menurutku Nawang adalah sosok yang sangat tenang, namun memiliki banyak sisi mengagumkan. Di sini diceritakan bahwa Nawang memiliki pemahaman yang mendalam tentang sastra dan budaya. Nawang juga merupakan sosok yang penuh dengan rahasia-rahasia. 

Novel ini juga menjadi salah satu buku yang membuatku jatuh cinta pada cerita-cerita dan dunia sastra. Entah kenapa, aku seperti menemukan diriku ketika membaca novel ini. 


Beberapa quotes dari novel Angin Bersyair:

“Aku hanya bisa percaya, pada sesuatu yang tak pernah kulihat dan kudengar, bahkan kalaupun sesuatu itu tidak pernah ada.” 

–hal 10

“Perjalanan adalah memutuskan mata rantai masa silam.”

 –hal 11

“Rindu tak bersuara, tetapi memanggilmu untuk mencari.”

 –hal 17

“Perjalanan bukan lagi untuk menemukan tempat. Perjalanan bukan lagi untuk menuju. Perjalanan adalah caramu percaya. Semakin jauh, kamu semakin percaya.”

 –hal 59

“Jika keberanian adalah mengalahkan dirimu sendiri, kapankah harus dimulai? Bukan untuk membuktikan kekuatan, hanya mencoba sesuatu yang tidak pernah kamu lakukan.” 

–hal 61

“Bukan kehilangan yang membuatmu bersedih, tetapi mengembalikan semua yang sebetulnya tidak pernah kamu miliki.” 

–hal 62

“Yang mesti kaulakukan di tengah kegelisahan adalah sepenuhnya mengumpullkan waktu untuk betul-betul bertanya kepada dirimu sendiri, dan kau tak perlu lagi menemukan jawaban.” 

–hal 147-148

“Tidak ada hadiah yang lebih bernilai dari memperoleh kembali sesuatu yang sempat hilang. Bahagia. Tak bisa ditukar dengan apapun.”

 –hal 170 

“Jika memiliki adalah melepaskan, aku telah melakukannya. Meninggalkanmu tak membuat waktu ikut pergi. Karena ternyata aku berhenti di sini, di kurun masa ini, tetap mengenangmu.”

 –hal 203


Masih banyak lagi kata-kata indah di novel ini, tapi tidak mungkin kutulis semua. 

Buku ini direkomendasikan untuk kalian yang tertarik dengan sastra dan kalian para penyuka kata-kata. Buku ini benar-benar penuh makna, setiap kalimatnya sangat bernyawa. Indah sekali pokoknya!


Rate: 4.5/5


0 Comments