Mimpi




Setiap orang memiliki mimpi. Bahkan banyak sekali mimpi.

Mimpi-mimpi itu menunggu untuk diperjuangkan dan harus diwujudkan. Ada yang memang dapat terwujud dan ada pula yang hanya disimpan abadi sebagai impian. Penyebabnya beragam, bisa dari diri kita sendiri atau bahkan dari dunia luar.  Banyak mimpi-mimpi yang gugur karena campur tangan orang lain. Sampai pada akhirnya, mimpi itu takkan pernah terjadi. Begitu banyak sekali dari kita yang tega membunuh impian diri sendiri, bahkan mimpi orang lain.

Aku pun pernah meragukan mimpiku sendiri, mencoba membunuhnya. Namun, mimpiku lebih kuat dari raguku, sehingga semakin kucoba melenyapkannya, semakin ia tampak nyata. Hal itulah yang membuatku mengurungkan niat untuk membuatnya tiada, kubiarkan ia tetap ada. Dan aku kembali memperjuangkannya.
Aku tak berani membunuh mimpiku sendiri. Oleh sebab itu, tidak ada hak bagiku untuk menyuruhmu menghapus mimpimu. Sesuatu yang sangat ingin kau raih.

Dulu, aku meragukanmu. Lebih tepatnya meragukan mimpimu. Karena apa yang ada di dirimu, pastilah akan jadi bagian dari aku. Namun, perlahan kamu membuatku menyadari bahwa mimpimu patut untuk aku apresiasi. Dia membuatmu lebih besinar, dan aku suka sinarnya. Terima kasih telah membunuh raguku tentang mimpimu.
Mulai sekarang aku mendukungmu. Silakan kamu kejar mimpimu, raih dia, dan berbahagialah. Maaf, sebab aku pernah meragukannya. Maaf, sebab aku mengurungmu dalam ruang sempit, sementara di dunia luar mimpimu sedang menunggu. Selama ini aku hanya memberimu jendela, sebagai tempat untukmu agar dapat tetap melihat mimpi-mimpi itu. Namun, kini aku sadar bahwa yang kamu butuh adalah pintu yang dapat mengantarkanmu menuju dunia luar untuk mengejarnya, meraihnya, dan berbahagia sebab berhasil mendapatkannya.

Dan setelah kamu mendapatkan itu semua, kamu bisa memilih untuk tetap berkelana di luar sana meraih mimpi yang lainnya atau pulang ke ruang sempit. Aku berharap kamu memilih untuk tetap di luar sana. Kamu bebas di sana, tiada lagi tembok pembatas.

Terima kasih, sebab pernah bertahan di ruang sempit yang sempat merenggut kebebasanmu dalam mengejar mimpi.
Terima kasih, pernah dengan sukarela dipenjara. Selamat berjuang, kamu layak berbahagia bersama mimpimu di luar sana. Maaf, aku tak dapat mengikutimu, dunia kita berbeda. Aku tak ingin lagi memaksa. Sampai jumpa!

0 Comments