Between Words | Devi Sofiyanti



Untuk Diriku, 
Terimakasih untuk segala bahagia yang kau cipta, maaf untuk setiap luka yang terasa.

Diriku, 
Harus kamu ketahui bahwa setiap perjalanan yang kita lalui adalah sebuah petualangan yang paling berharga. 

Terimakasih untuk selalu memeluk erat saat dunia bahkan enggan untuk sekedar melihat. Terimakasih untuk segala tawa disaat duka dan luka mendera tanpa jeda. Terimakasih untuk segala sabar saat segalanya terasa hambar. 

Maafkan diri ini yang terkadang dengan sengaja melukaimu, hanya untuk melihat orang lain bahagia. Harusnya aku tahu bahwa kamu juga punya perasaan yang harus aku jaga. Sebab, jika bukan aku yang menjaganya, siapa lagI? Kamu adalah aku, setiap hal yang terjadi padamu adalah tanggungjawabku. 

Maaf untuk selalu membanding-bandingkanmu dengan yang lain. Pedahal aku tahu bahwa setiap individu memiliki jalan dan pencapaian yang berbeda.

Maaf untuk selalu memaksamu memahami, apa yang tak mampu kau mengerti. 

Terkadang aku merasa kamu lamban, tapi akulah yang terlalu ambisius. 

Sekali lagi, maaf.

Maaf untuk membuatmu terus bekerja saat lelah.
Maaf untuk membuatmu menangisi hal-hal konyol. 
Maaf untuk menyalahkanmu ketika gagal. 
Maaf untuk makanan tak sehat yang kumakan.
Maaf untuk kebiasaan buruk yang sulit dihentikan.

Aku bersyukur sebab kamu adalah aku. 
Atas segala ketidaksempurnaan yang melekat pada diri ini. 
Atas segala kerumitan cara berpikir yang kadang sukar dipahami orang lain. 
Atas segala impian-impian yang sedang diperjuangkan.
Aku merasa begitu beruntung menjadi kamu, diriku. 





“Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendo’akan keselamatanmu.” – Sapardi Djoko Damono

Sudah lebih dari seribu malam kita terpisah. Menjalani hari-hari penuh lelah tanpa pernah saling berpapasan langkah. Bagaimana kabarmu hari ini? aku kira kamu baik-baik saja.

Kita berperan normal, biasa. Seolah tak pernah ada jumpa. Kita hanya dua manusia yang kebetulan pernah ada dalam cerita yang sama, namun pada akhirnya memilih untuk saling melupa.

Terimakasih, ya.

Terimakasih untuk segala pengalaman berharga. Aku masih ingat bahwa kamu selalu berusaha membuatku bahagia, meski sering aku membuatmu terluka. Tingkahku selalu tak biasa, mungkin apabila aku berada di posisimu, saat itu juga aku akan memilih untuk berhenti. Berhenti membuat orang yang melukai bahagia.

Namun, kamu tidak.

Dengan suka rela kamu terus mempertahankan agar cerita kita berlanjut tanpa kendala. Lagi-lagi kamu memaafkan segala kesalahan yang aku perbuat, aku heran mengapa ada manusia sebaik kamu. Lebih heran lagi ketika manusia sepertimu dipertemukan dengan aku. Harusnya yang lebih pantas denganmu adalah dia yang sama baiknya dengan kamu. Ah, sudahlah. Tak ada habisnya membicarakan kebaikanmu itu.

Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku masih di sini, mengamatimu dari jauh. Memperhatiakan setiap aktivitasmu yang dapat kulihat.  Masih sama di tempat yang dulu, tak pernah beranjak sedikit pun. Tapi jangan khawatir, aku sudah merencanakan untuk berlari, mencari tempatku sendiri. Takkan mengganggumu lagi.

Aku bahagia, melihatmu bahagia.
Aku bersedih, melihatmu terluka.
Meski  aku tak dapat lagi secara langsung menunjukkannya, aku selalu berdo’a  agar kamu selalu berada dalam lindungan-Nya dan tentunya berbahagia. Di mana pun, bersama siapa pun, semoga kebaikan selalu menyertai setiap langkahmu itu.

Jika memang kita bersama akhirnya, aku bahagia.
Jika tidak, tak apa.

Namun, ada satu harapku;
Bila takkan lagi ada cerita
Kuharap ada satu figura
Dan di dalamnya kita bersama
Sebagai kenang yang paling nyata.


Semoga dipertemukan dengan dia yang dapat membuatmu bahagia. 






Apa kabar hari ini?

Mungkin dia bosan setiap kali membaca pertanyaanmu itu.

Tulisan ini aku ciptakan untukmu.

Ya, kamu seorang manusia keras kepala yang masih saja sibuk memikirkannya, meskipun di sisi lain kamu tahu bahwa kamu sudah bukan lagi bagian dari dunianya.

Sedih sekali bukan?

Tentu.

Setiap orang berhak untuk berubah, berhak untuk memilih jalannya sendiri, begitu pula dia. Tiada yang bisa melarangnya, apalagi kamu. Ia tak bisa kamu suruh menjadi seperti apa yang kamu ingin. Tentangmu saja baginya sudah kadaluwarsa.

Lucu sekali ketika melihatmu yang seolah tak ingin melihatnya berubah dan memilih jalannya sendiri. Harus kamu ketahui bahwa kamu tak lagi berarti. Kamu hanya kisah yang akan menjadi bagian dari memori, tak ada hak untuk ikut campur lagi. Kamu dan dia sudah tidak ada apa-apa hari ini. kamu jangan terlalu bersedih melihatnya pergi, sebab kamu pun banyak ingkar janji.

Memang lebih baik begitu.

Akhiri.

Dia memiih mengakhiri.

Dia sudah enggan untuk melihatmu berlalu-lalang, meski hanya lewat dunia maya, tempat di mana kamu berbagi. Dia memilih untuk benar-benar lepas, tak ingin lagi menjumpai.

Kamu harusnya mengerti.

Mengerti bahwa hati bisa berubah kapan saja tanpa kau kehendaki. Mungkin inginmu dia tetap menanti, tapi dia juga punya hati. Dia punya mimpi, oleh sebab itu dia pergi. Dia sadar menanti takkan membuatmu kembali. Entah dia memilih sendiri atau bersama orang lain yang menemani. Kamu harusnya tahu diri. Kalian sudah sepantasnya tak bersinggungan lagi. Dan jika dia sudah menemukan pengganti, semoga kamu lekas menghapus keinginan untuk kembali.

Kamu dan dia sama-sama punya mimpi. Dan mungkin tentang kalian harus diakhiri, supaya langkah kalian tak terbebani oleh perkara luka-melukai yang dulu pernah membuat kalian hampir membenci.

Semoga tiada benci setelah ini.

Semoga kalian bahagia dengan jalan yang kalian pilih sendiri.

Dan untuk kamu, katakan ini padanya, “Pergilah kemana pun kamu mau. Aku akan berusaha untuk tidak lagi menoleh, melihat langkahmu menjauh. Biar kamu tidak ragu dengan jalan yang akan kau tempuh. Biar tentang kita hanya menjadi suatu hal yang ‘pernah’ hampir penuh.”

Dan ini dariku, untukmu; duniamu takkan runtuh hanya karena seseorang memilih luruh. Meski memang kamu tak lagi utuh.

Berlarilah jangan berhenti sampai segala inginmu terpenuhi. Raih mimpi-mimpi.

Kamu harus membuat dirimu bahagia. Di sana, dia juga sedang berusaha membuat dirinya bahagia, meski cara kalian berbahagia sama-sama terkesan hampa.
Namun, ingatlah...

Bahagiamu utama.



Kotak Kenangan

People come and go.

Datang dan pergi. Begitulah.

Beberapa tahun lalu, seseorang pergi dari hidupku. Namun, sayangnya ia tak membawa serta kenangan-kenangan yang bergentayangan di setiap malamku. Akhirnya, beberapa waktu setelah kepergiannya, aku memasukan semua kenangan pada sebuah kotak kayu tua.

Semoga kamu tidak lagi mengganggu malam-malamku. Kataku.

Kuletakan kotak tersebut di sudut kamar.

Aku memang tak menyukai kenangan-kenangan itu mengganggu lelapnya tidurku, namun aku juga enggan bila harus memisahkannya dari kamar tidurku. Bagaimanapun, kenangan-kenangan itu pernah membuatku tersenyum hingga tanpa sadar beralih ke dunia mimpi. Mimpi-mimpi yang indah pada masanya.

Beberapa hari setelahnya, aku memang senang sekali menatap kotak itu. Bahkan, ingin kulepaskan lagi segala kenangan itu. Aku senang dihantui hal-hal yang indah. Tapi, membiarkannya lepas mengelilingiku lagi, rasanya tak mungkin. Hanya kesedihan yang akan kudapatkan, sebab tak dapat mengulang semuanya lagi.

Saban hari aku membersihkan kotak tua itu.

Segala hal indah ada di dalamnya. Kataku.

Hingga suatu hari, aku mulai merasa bahwa membersihkan kotak itu hanya akan membuatku menjadi manusia yang tak bisa bergerak maju. Selalu dihantui bayang-bayang masa lalu. Meski ia telah terpendam membisu. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidak lagi peduli.

Mungkin kotak itu akan dihinggapi rayap, dipenuhi jaring laba-laba. Aku tak peduli. Seluruh isinya sudah tak lagi kuingini. Walaupun berat rasanya harus berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa benda-benda di dalamnya sudah tidak berarti.

Kemudian perlahan aku mulai melupa. Benar-benar lupa.

Keberadaan kotak itu seolah lenyap, tak lagi nyata.

Hari-hari berjalan normal seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Rasanya bahagia.

Dikelilingi oleh orang-orang baru, menulis kenangan-kenangan baru, membaca setiap alur kehidupan yang baru. Semuanya terasa lebih menyenangkan.

Sayangnya, semua tidak bertahan lama.

Bertahun-tahun setelah kotak itu tak lagi kusapa, tiba-tiba saja ada bayangan yang berkelebat di depan mataku. Mengganggu tidurku. Bahkan, sampai berani masuk ke dalam cerita indah di mimpiku. Seberani itu. Pedahal ia sudah lama terlupa.

Di mimpiku, kotak tua yang usang itu terlihat begitu menawan. Bunga-bunga tumbuh indah, mencuat dari dalamnya. Tak ada kesan lusuh, kotak itu terlihat begitu indah. Ingin lagi memeluk semua kenangan indah di dalamnya.

Keesokan harinya saat mataku terbuka dari lelapnya tidur, akhirnya aku memberanikan diri menghampiri kotak tua itu. Dapat kucium wangi kenangan yang manis dari benda yang tertutup debu.

Kemudian ku keluarkan semua benda di dalamnya. Memeluknya satu persatu. Tak ada lagi yang lebih membahagiakan selain berdamai dengan segala kenangan itu. Semuanya terasa begitu ringan, pada akhirnya.
Aku tersenyum.

Saatnya kembali menata kenangan. Sebab ia tak layak di lupakan. Mungkin lebih baik bila terus diabadikan. Karena semakin berusaha untuk dilupakan, semakin ia mengeras ingin terus dipikirkan.

Memang manusia datang dan pergi, namun kenangan abadi. Selalu.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

TEMUKAN SAYA

TERPOPULER

  • Pengalaman Beli Buku di Grobmart
  • Film Pendek di Disney+ Hotstar yang Wajib Kamu Tonton!
  • BerbicaraTentangBuku: Novel The Magic Library (Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken) karya Jostein Gaarder dan Klaus Hagerup
  • Mendengarkan
  • Raguku
  • Cara Membedakan Buku Asli dan Bajakan
  • Cara Mengatasi Rasa Jenuh Saat Membaca
  • Cerita: Lazuardi [Bagian 1]
  • BerbicaraTentangBuku: Matilda karya Roald Dahl
  • Diriku yang Aku Kenal

KATEGORI

  • #30DaysWritingChallange 10
  • Cerita 24
  • Cerita Bersambung 2
  • DAY 1 : Describe your personality 1
  • Lazuardi 2
  • Puisi 5
  • Serba-serbi Perbukuan 15
  • Tentang Film 5
  • Tentang Kehidupan 41
  • Ulasan Buku 17
Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
deefesef
Hi, Devi di sini! Menuliskan apa yang tidak akan pernah dia baca, juga menulis tentang berbagai rasa dan tanya, serta banyak hal lainnya. Temui saya di : @deefesef (Instagram)
Lihat profil lengkapku

ARSIP

  • ►  2023 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2020 (85)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (27)
    • ►  Agustus (16)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
  • ▼  2019 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (3)
    • ▼  Juni (4)
      • Untuk Diriku
      • Untuk Kamu
      • Jalan Sendiri
      • Kotak Kenangan
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (1)
  • Beranda
  • Rangkaian Kata
  • Ulasan Buku

© - Devi Sofiyanti | Designed by OddThemes