Menyembuhkan Diri Saat Pandemi

Apa saja yang kamu lakukan selama pandemi? Apakah di rumah saja membuatmu semakin malas gerak atau justru hidupmu lebih semarak? 

Dari buku Rectoverso, Dee Lestari


Memang, kadang terasa jenuh juga harus di rumah saja. Aktivitas terbatas, bertemu keluarga yang jauh sulit, bercengkrama bersama teman jadi tak leluasa, pergi ke tempat wisata rasanya bukan pilihan yang tepat juga. Kamu merasa begitu? 

Sama. Kamu gak sendiri. Awalnya aku juga merasakan itu semua. 

Terlebih ketika awal pandemi ini aku masih berada jauh dari orang tua, sedih sekali. Ditambah dengan drama sakit yang melanda, tugas kuliah yang semakin lama semakin membuat sakit kepala. Stres, takut, sedih, semuanya berada dalam wadah yang sama, yaitu kepala. Seperti es campur tanpa gula. Beruntungnya masih ada saudara yang selalu merawat dan mendukungku di saat-saat yang tidak mudah itu, juga teman-teman yang jadi semangatku.
Maaf curhat wkwk.

Nah, itu semua sudah lewat sekarang. Dan, di pandemi ini aku malah mendapati diriku menjadi lebih ‘aku’. Ya, dengan berada di rumah saja membuat otak kita terus berpikir untuk mengisi hari-hari yang begitu-begitu saja, kemudian mengolahnya menjadi sesuatu yang luar biasa. 

Jadi, selama kuliah dan menjadi anak kos, aku mulai melupakan hal-hal yang aku suka. Hal-hal yang biasanya aku lakukan itu terabaikan. Membaca yang bukan buku pelajaran jadi hal yang cukup langka dilakukan, memotret pun kadang-kadang, menulis apalagi. 

Dan karena pandemi ini, aku bisa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Membaca, memotret dan menulis kembali menjadi rutinitas yang menghidupkan hari-hariku yang beberapa waktu lalu sempat kelabu. 

Senang sekali ketika pada akhirnya dapat menyelesaikan buku demi buku yang sudah lama terabaikan, bahagia ketika pada akhirnya dapat menata barang-barang dan memotretnya atau sekadar mencari objek yang memikat mata dan indah di kamera. Semua itu lebih lengkap ketika jemari ini sudah mulai dapat beradaptasi lagi dengan tuts-tuts keyboard dan menuliskan beberapa tulisan, tentang kehidupan dan beberapa hal lain yang menyita perhatian. 

Menurutku, pandemi ini justru menjadi ajang yang tepat untuk menyembuhkan diri. Kesibukan telah terlalu banyak mengambil porsi atas kemurnian diri. Oleh sebab itu, waktu yang senggang ini sangat cocok untuk kembali memeluk dirimu sendiri dan meramu berbagai hal yang mampu mengobati. 

Apa saja yang kamu lakukan selama pandemi? Apakah kamu merasa bahagia atau tersiksa? Bosan atau mulai menemukan hal yang menyenangkan? 

Dari hari ini, mari mulai sama-sama menyembuhkan diri. 

Pandemi bukan alasan untuk bermalas-malasan, pandemi adalah waktu paling tepat untuk menyembuhkan. 
Semoga pandemi ini cepat usai, tapi bahagia kita abadi dan syukur kita tak pernah selesai.❤ 

0 Comments