Lupa karena Terbiasa

Banyak dari kita, termasuk aku sendiri terkadang berpikir tentang bagaimana caranya agar bisa melupakan sesuatu yang seringkali mengganggu pikiran. Tapi, aku salah. Aku tak perlu memakai cara-cara khusus untuk bisa melupakan, yang aku perlu hanya membiasakan. 

Ya, biasa. Itu kuncinya. 

deefesef


Aku harus terbiasa dengan segala sesuatu yang sudah jauh berbeda. Walau kadang masih saja perasaan tak rela hinggap dan membuatku terpenjara di dalam ruang tua yang seharusnya sudah tidak ada. 

Tidak mudah, itu pasti. Namun, untuk apa terus memaksa diri menghapus sisa-sisa memori? Itu hanya akan membuat diri ini tersiksa lebih lama lagi.

Aku dengan segala kurangku, dengan segala bodohku, dengan segala egoku, dengan segala yang pernah membuat kelam harimu, kini aku membiru. Biar waktu saja yang perlahan meluruhkan segala sesal, kesal, dan segala resah itu berasal. Biar itu semua hilang, biar perlahan tak lagi kukenang, biar kamu pun tenang. 

Aku memilih semuanya mengalir tanpa sedikit pun paksaan. Karena semakin dipaksa, semakin sulit untuk lupa. Mungkin kata-kata semacam ini sering kamu dengar atau kamu baca, tapi ini bukan sekadar kalimat biasa, melainkan suatu ungkapan untuk menguatkan kita yang banyak lemahnya. 

Dulu, aku berpikir bahwa aku harus memutus semua akses untuk melihat keberadaanmu, tapi kini aku merasa bahwa itu tidak perlu. Dulu, aku berpikir bahwa aku harus menemukan orang lain agar kamu tak lagi menjadi yang kuingin. Dulu, aku berpikir bahwa aku harus menghindar, sekarang bahkan tak ada lagi sekat yang ingin aku jadikan pagar. Aku memilih untuk terbiasa dengan kita yang berbeda. 

Ketika yang kita lakukan berubah jadi rasa bosan, maka kita akan perlahan berhenti. Lama-lama kita akan menjauh dengan sendirinya. Akan muak mengingat dengan sendirinya. Akan terbiasa, kemudian lupa.

Tak ada yang dapat cepat dalam perihal melupa, kecuali ia hanya membohongi dirinya saja. Dan, aku tidak ingin menjadi bagian dari orang-orang yang rela mempermainkan dirinya. Cukup saat itu saja. Tidak untuk langkah selanjutnya.

Jika aku cukup buruk untuk memaksakan sesuatu di masa lampau, maka sekarang tak ada lagi alasan untuk kembali mengulang kedunguan itu. Segala yang dipaksa akan sulit diterima. Sementara itu, memang tak mudah untuk menerima, tapi dengan terbiasa semuanya akan bisa jadi nyata. 

Pelan tapi sampai tujuan tanpa ada yang mengganjal di pikiran, tanpa ada benang kusut dalam pikiran, tanpa ada lagi beban yang menuntut untuk terus dipikirkan. 

Lupa karena terbiasa bukan omong kosong belaka. Banyak orang yang kini sembuh karena melakukannya dengan sungguh-sungguh. Rela sepenuhnya memang mustahil, tapi setidaknya satu misi telah berhasil. 

0 Comments