Between Words | Devi Sofiyanti

Banyak dari kita, termasuk aku sendiri terkadang berpikir tentang bagaimana caranya agar bisa melupakan sesuatu yang seringkali mengganggu pikiran. Tapi, aku salah. Aku tak perlu memakai cara-cara khusus untuk bisa melupakan, yang aku perlu hanya membiasakan. 

Ya, biasa. Itu kuncinya. 

deefesef


Aku harus terbiasa dengan segala sesuatu yang sudah jauh berbeda. Walau kadang masih saja perasaan tak rela hinggap dan membuatku terpenjara di dalam ruang tua yang seharusnya sudah tidak ada. 

Tidak mudah, itu pasti. Namun, untuk apa terus memaksa diri menghapus sisa-sisa memori? Itu hanya akan membuat diri ini tersiksa lebih lama lagi.

Aku dengan segala kurangku, dengan segala bodohku, dengan segala egoku, dengan segala yang pernah membuat kelam harimu, kini aku membiru. Biar waktu saja yang perlahan meluruhkan segala sesal, kesal, dan segala resah itu berasal. Biar itu semua hilang, biar perlahan tak lagi kukenang, biar kamu pun tenang. 

Aku memilih semuanya mengalir tanpa sedikit pun paksaan. Karena semakin dipaksa, semakin sulit untuk lupa. Mungkin kata-kata semacam ini sering kamu dengar atau kamu baca, tapi ini bukan sekadar kalimat biasa, melainkan suatu ungkapan untuk menguatkan kita yang banyak lemahnya. 

Dulu, aku berpikir bahwa aku harus memutus semua akses untuk melihat keberadaanmu, tapi kini aku merasa bahwa itu tidak perlu. Dulu, aku berpikir bahwa aku harus menemukan orang lain agar kamu tak lagi menjadi yang kuingin. Dulu, aku berpikir bahwa aku harus menghindar, sekarang bahkan tak ada lagi sekat yang ingin aku jadikan pagar. Aku memilih untuk terbiasa dengan kita yang berbeda. 

Ketika yang kita lakukan berubah jadi rasa bosan, maka kita akan perlahan berhenti. Lama-lama kita akan menjauh dengan sendirinya. Akan muak mengingat dengan sendirinya. Akan terbiasa, kemudian lupa.

Tak ada yang dapat cepat dalam perihal melupa, kecuali ia hanya membohongi dirinya saja. Dan, aku tidak ingin menjadi bagian dari orang-orang yang rela mempermainkan dirinya. Cukup saat itu saja. Tidak untuk langkah selanjutnya.

Jika aku cukup buruk untuk memaksakan sesuatu di masa lampau, maka sekarang tak ada lagi alasan untuk kembali mengulang kedunguan itu. Segala yang dipaksa akan sulit diterima. Sementara itu, memang tak mudah untuk menerima, tapi dengan terbiasa semuanya akan bisa jadi nyata. 

Pelan tapi sampai tujuan tanpa ada yang mengganjal di pikiran, tanpa ada benang kusut dalam pikiran, tanpa ada lagi beban yang menuntut untuk terus dipikirkan. 

Lupa karena terbiasa bukan omong kosong belaka. Banyak orang yang kini sembuh karena melakukannya dengan sungguh-sungguh. Rela sepenuhnya memang mustahil, tapi setidaknya satu misi telah berhasil. 

Berbicara tentang buku. 
Sekilas tentang Novel Peter Pan
Judul : Peter Pan
Penulis : J. M. Barrie
Jumlah halaman : 240 halaman
Tahun terbit : Cetakan kedua, Maret 2020
ISBN : 9786020303475
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Peter Pan
Cover buku ini benar-benar sesuai dengan imajinasiku. Ilustrasinya keren! Aku bahkan dapat merasakan sesuatu yang sangat indah saat menatap covernya. Digambarkan seorang anak laki-laki dan perempuan sedang berpegangan tangan dan melayang di langit malam yang begitu indah. Rembulan, gumpalan awan malam, cahaya dari bangunan di bawah mereka, dan kilau serbuk peri membuatnya tampak lebih menawan. Ah, take me to Neverland!

Ini fotonya:

Novel Peter Pan Karya J. M. Barrie


Buku ini menceritakan tentang keluarga Darling dan para penghuni Neverland. Tentang petualangan anak-anak keluarga Darling bersama Peter Pan, Tinkerbell dan para Anak Hilang   di sebuah tempat bernama Neverland. Sebuah dongeng yang pastinya sudah tidak asing lagi. 

Kisah ini berawal dari kedatangan Peter dan Tinker Bell ke kamar anak-anak keluarga Darling untuk mengambil bayangan Peter yang tertinggal. Wendy yang saat itu sudah tertidur, akhirnya terbangun karena mendengar isakan tangis Peter yang tak mampu melekatkan bayangannya sendiri. Singkat cerita, Wendy membangunkan kedua adiknya, John dan Michael. Peter kemudian membawa mereka pergi ke Neverland. 

Kedatangan mereka ke Neverland rupanya tidak disukai Tink, meskipun peri itu membantu Peter untuk menaburkan serbuk perinya kepada Wendy, John, dan Michael agar mereka bisa terbang, namun jauh di lubuk hatinya ia merasa tidak rela. Terlebih ketika ia melihat bahwa Peter lebih memperhatikan anak-anak tersebut, terutama Wendy. 

Di balik itu semua, petualangan mereka di Neverland sangat seru, penuh dengan ketegangan dan kejutan. Mereka bertarung melawan Kapten Hook dan para awak kapal lainnya, bertemu dengan orang-orang Indian, putri duyung, dan buaya yang di dalam perutnya terdapat jam yang selalu berdetik dan suara detikannya itu membuat Kapten Hook ketakutan. 

Semua petualangan itu sangat menyenangkan, hingga tak terasa anak-anak keluarga Darling sudah lama sekali meninggalkan rumah. Wendy yang lebih dahulu teringat pada rumah mencoba mengingatkan kembali John dan Michael. Kedua anak laki-laki kecil itu ternyata sudah melupakan rumahnya. Hal tersebut membuat Wendy sedih, terlebih ketika ia mengingat ibu dan ayahnya. Namun, akhirnya mereka dapat mengingat kembali dari mana mereka berasal dan memutuskan untuk pulang. 

Namun sayangnya, perjalanan pulang mereka harus ditunda karena Kapten Hook beserta para gerombolannya melakukan serangan hingga terjadilah peperangan. Pertarungan itu kemudian dimenangkan oleh Peter dan gerombolannya. Setelah peperangan itu usai, Peter dan Tinker Bell mengantar anak-anak keluarga Darling pulang ke rumah mereka. 

Kira-kira begitulah ceritanya. Sejujurnya, kisah ini belum berhenti, tapi aku hanya menuliskan sampai di sini saja. 

 

Dari cerita tersebut aku dapat belajar banyak hal. 

Pertama dari Peter, seorang anak yang begitu takut untuk menjadi dewasa dan paling tidak menyukai segala hal yang berkaitan dengan kata ‘ibu’. Tapi, di balik semua sifat kekanak-kanakan dan keegoisannya, sesungguhnya ia hanya ingin menutupi pilu di dalam hatinya. Sebab, ada kebahagian yang tak mungkin ia rasakan. 

Kedua dari Wendy, sebagai seorang anak perempuan ia begitu anggun, baik hati, bijak, dan cekatan. Ia juga merupakan sosok yang hangat dan ceria.

Ketiga dari Tink. Meskipun ia tak menyukai kehadiran Wendy dan hampir mencelakainya, tapi ia mampu untuk berdamai dengan keadaan tersebut. Hal itu ia lakukan demi Peter.

Selanjutnya dari Kapten Hook aku mengerti bahwa sekejam-kejamnya seorang manusia, sisi baik di hati kecilnya akan selalu ada.

Terakhir dari John, Michael, dan para Anak Hilang. Para anak-anak yang ceria, polos, dan penurut. Itulah yang paling aku sukai dari mereka. 

Secara keseluruhan novel ini sangat menarik. Sayangnya, menurutku terjemahannya terasa kurang pas. Entah, barangkali memang setiap terjemahan novel klasik bahasanya agak kurang mengalir. 

Beberapa kutipan dari novel Peter Pan:
 
Apabila kau berlaku tidak adil kepadanya, ia akan mencintaimu lagi, namun ia takkan menjadi anak yang samaa sesudahnya. –hal 121

Tak seorang pun dari mereka tahu. Mungkin itulah yang terbaik bagi mereka. –hal 139 



Rate: 4.5/5

Apa saja yang kamu lakukan selama pandemi? Apakah di rumah saja membuatmu semakin malas gerak atau justru hidupmu lebih semarak? 

Dari buku Rectoverso, Dee Lestari


Memang, kadang terasa jenuh juga harus di rumah saja. Aktivitas terbatas, bertemu keluarga yang jauh sulit, bercengkrama bersama teman jadi tak leluasa, pergi ke tempat wisata rasanya bukan pilihan yang tepat juga. Kamu merasa begitu? 

Sama. Kamu gak sendiri. Awalnya aku juga merasakan itu semua. 

Terlebih ketika awal pandemi ini aku masih berada jauh dari orang tua, sedih sekali. Ditambah dengan drama sakit yang melanda, tugas kuliah yang semakin lama semakin membuat sakit kepala. Stres, takut, sedih, semuanya berada dalam wadah yang sama, yaitu kepala. Seperti es campur tanpa gula. Beruntungnya masih ada saudara yang selalu merawat dan mendukungku di saat-saat yang tidak mudah itu, juga teman-teman yang jadi semangatku.
Maaf curhat wkwk.

Nah, itu semua sudah lewat sekarang. Dan, di pandemi ini aku malah mendapati diriku menjadi lebih ‘aku’. Ya, dengan berada di rumah saja membuat otak kita terus berpikir untuk mengisi hari-hari yang begitu-begitu saja, kemudian mengolahnya menjadi sesuatu yang luar biasa. 

Jadi, selama kuliah dan menjadi anak kos, aku mulai melupakan hal-hal yang aku suka. Hal-hal yang biasanya aku lakukan itu terabaikan. Membaca yang bukan buku pelajaran jadi hal yang cukup langka dilakukan, memotret pun kadang-kadang, menulis apalagi. 

Dan karena pandemi ini, aku bisa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Membaca, memotret dan menulis kembali menjadi rutinitas yang menghidupkan hari-hariku yang beberapa waktu lalu sempat kelabu. 

Senang sekali ketika pada akhirnya dapat menyelesaikan buku demi buku yang sudah lama terabaikan, bahagia ketika pada akhirnya dapat menata barang-barang dan memotretnya atau sekadar mencari objek yang memikat mata dan indah di kamera. Semua itu lebih lengkap ketika jemari ini sudah mulai dapat beradaptasi lagi dengan tuts-tuts keyboard dan menuliskan beberapa tulisan, tentang kehidupan dan beberapa hal lain yang menyita perhatian. 

Menurutku, pandemi ini justru menjadi ajang yang tepat untuk menyembuhkan diri. Kesibukan telah terlalu banyak mengambil porsi atas kemurnian diri. Oleh sebab itu, waktu yang senggang ini sangat cocok untuk kembali memeluk dirimu sendiri dan meramu berbagai hal yang mampu mengobati. 

Apa saja yang kamu lakukan selama pandemi? Apakah kamu merasa bahagia atau tersiksa? Bosan atau mulai menemukan hal yang menyenangkan? 

Dari hari ini, mari mulai sama-sama menyembuhkan diri. 

Pandemi bukan alasan untuk bermalas-malasan, pandemi adalah waktu paling tepat untuk menyembuhkan. 
Semoga pandemi ini cepat usai, tapi bahagia kita abadi dan syukur kita tak pernah selesai.❤ 

Kali ini aku akan membahas tentang MBTI, terutama kepribadian INFP. 



Aku tidak suka basa-basi, tapi untuk kali ini aku merasa bahwa hal itu perlu. Aku mulai tertarik dengan tipe kepribadian dari saat duduk di bangku SMP dan mulai mengenal MBTI dari awal masa SMA. Dari situ aku mencoba melakukan beberapa kali tes MBTI di situs yang berbeda dan dalam jangka waktu tertentu. Nah, yang membuatku menulis topik ini adalah karena hasil tesku selalu INFP! Hmmm, sepertinya aku memang manusia tipe ini. Terakhir kali aku melakukan tes ini beberapa hari lalu dan hasilnya masih sama. 

Yap, INFP! 

Entah sudah berapa puluh kali, masih tetap INFP. 

Sebenarnya aku sudah lama ingin membahas tentang Kepribadian INFP ini, namun karena hal ini membutuhkan data, jadi aku memutuskan untuk menggali dulu informasi dari berbagai sumber. Namun, di sini aku tidak akan bergantung hanya pada informasi yang aku dapat, tetapi aku juga akan menuliskan pengalaman-pengalaman dan segala perasaanku yang aku rasa memiliki kaitan erat dengan kepribadian INFP ini.

Kalimat pembuka yang cukup panjang.

Oke, mulai...

Apa sih INFP itu?

Dilansir dari idntimes.com INFP merupakan salah satu dari 16 Tipe Kepribadian berdasarkan MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). INFP sendiri merupakan singkatan dari Introvert (I), Intuitive (N), Feeling (F), dan Perceiving (P). Pemilik kepribadian ini cukup langka yaitu sekitar 4%-5% populasi yang ada di dunia. Tipe kepribadian ini sering juga disebut The Idealist, The Healer, The Dreamer, The Mediator, The Paradox, dan sebagainya.

Nah, itulah sekilas pengenalan tentang INFP.
 
Oh ya, untuk mengetahui tipe kepribadian kalian bisa dilakukan  di 16personalities.com 

Apakah hasil tes MBTI itu akurat? 

Aku belum menemukan apakah MBTI ini akurat atau tidak, tapi sejauh ini aku merasa cocok dengan penjelasan-penjelasan tentang kepribadian INFP. MBTI sendiri merupakan suatu tes untuk mengetahui kepribadian yang sangat populer dan banyak digunakan. Menurutku hasilnya 98% akuraaat! Bisa dibandingkan sendiri ya, apakah tipe kepribadian yang kamu dapat dan dirimu itu cocok atau tidak. Kembali lagi kepada masing-masing individu. Jadi, tulisan ini hanya sebagai gambaran umum untuk selangkah lebih mengenal dirimu sendiri, karena MBTI sendiri penuh dengan pro dan kontra, jadi jangan terlalu dianggap serius. Ambil sisi positifnya saja, ya! 

Oke, lanjuuut...

Aku sendiri adalah seorang INFP-T atau biasanya disebut The Mediator. INFP sendiri terbagi dua, yaitu INFP-T dan INFP-A, untuk lebih jelasnya bisa search ya wkwk. Nah, INFP sendiri merupakan suatu kepribadian yang agak aneh dan kacau menurutku. Dari berbagai sumber yang aku baca, para INFP termasuk aku sendiri seringkali disalahpahami oleh orang lain (agak menyebalkan memang, hmmm). Sebenarnya kami punya alasan tersendiri mengapa INFP terkadang menjadi sosok yang berbeda. 

INFP itu dianggap sebagai pribadi yang tertutup dan pendiam, tetapi di balik itu semua sebenarnya INFP akan menjadi orang yang begitu terbuka kepada orang-orang tertentu yang membuatnya merasa nyaman. Bahkan, ketika berada di sekitar orang-orang yang membuatnya nyaman INFP gak pernah kehabisan topik obrolan, lho! Hal-hal sekecil dan sereceh apapun akan diutarakan. Ya, walaupun cuma sekedar manggil-manggil nama lawan bicara dengan sangat tidak jelas. Hal itu dilakukan INFP agar pertemuan mereka hangat dan bermakna, bukan sekadar pertemuan yang akan dilupakan kemudian. 

Para INFP juga memiliki banyak hal yang sangat berdesakan di dalam pikirannya dan terkadang hal itu cukup sulit diutarakan. Jadi, mohon maaf apabila INFP mengajakmu berbincang tentang hal-hal aneh, seperti alien dan lain-lain. Namun, percayalah bahwa ketika INFP menawarkan topik yang tidak biasa dalam obrolan, ia memang benar-benar tertarik dengan topik tersebut.  Sebetulnya kami adalah makhluk-makhluk tidak jelas dengan pikiran-pikiran yang tidak jelas juga. Namun, ketidakjelasan itulah yang membuat aku sendiri merasa nyaman dengan diriku. 

INFP juga sangat menyukai segala sesuatu yang harmoni dan paling benci dengan konflik. Itulah mengapa INFP jarang marah dan lebih memilih untuk mengalah walaupun bukan dia yang salah. Dan, INFP ini selalu melihat orang dari sisi baiknya, heran. Namun INFP juga sangat sensitif dan tidak suka akan kritikan. 

Hal lainnya tentang INFP adalah sangat tertarik pada seni. Aku sendiri cukup tertarik dengan sastra, fotografi, lukisan, dan musik. Walau menyukai hal tersebut tapi aku payah dalam melukis dan segala hal tentang musik. Sastra dan fotografi pun masih hancur wkwk, tapi aku tetap menyukai hal-hal tersebut. Menurutku seni itu serupa obat yang menyembuhkan jiwa. INFP senang sekali berimajinasi dan memiliki rasa penasaran yang besar, serta biasanya lebih senang mengungkapkan perasaan dengan tulisan. 

Orang-orang dengan kepribadian INFP sendiri sangat peduli dan memikirkan setiap perkataan orang lain padanya. Jadi, kalo ada perkataan orang yang bikin aku seneng atau sedih pasti selalu terngiang di telinga. Kadang bisa membuat semangat, kadang membuat jadi serba salah juga. Meskipun demikian, INFP adalah pribadi yang lebih memilih sesuatu sesuai dengan selera dan standarnya sendiri daripada mengikuti tren atau ikut-ikutan orang lain. 

Sebagai idealis INFP adalah pribadi yang sangat sulit mengambil tindakan, karena ia punya standar yang tinggi. Hal ini terkadang membuat gagasan-gagasan INFP yang membludak tidak bisa dieksplor dengan baik. Namun, di balik itu semua INFP juga mempunyai spontantitas yang cukup baik. Dengan spontanitas inilah aku merasa banyak terbantu. Saking spontanitasnya aku sampai tidak menyukai jadwal. Sebab, hal-hal yang dijadwalkan selalu tak terlaksanakan, tapi hal-hal yang tidak pernah terpikirkan selalu dilakukan. 

Dan yang terakhir, INFP itu senang diperhatikan tapi tidak suka menjadi pusat perhatian. Bisa merasa optimis dan pesimis dalam waktu bersamaan. Nah, lho... mungkin itulah mengapa INFP dijuluki The Paradox, ya! Hidupnya penuh dengan sisi-sisi yang bersebrangan alias bertolak belakang. Tentunya, hal ini membuat INFP akan sulit dipahami oleh orang lain, bahkan oleh dirinya sendiri. 

Nah, sekian pembahasanku tentang INFP. 
Unik dan aneh banget ya INFP! 

Mohon koreksinya bila ada kekeliruan, ya.

Sebagai penutup ada quotes niiih,

Cintai seperti apapun diri kamu, baik-buruk dan segala yang melekat pada diri kamu adalah anugrah terbaik yang membuatmu unik! 

Berbicara tentang buku. 
Sekilas tentang The Book of Forbidden Feelings
Judul : The Book of Forbidden Feelings
Penulis : Lala Bohang
Jumlah halaman : 147 halaman
Tahun terbit : Cetakan kedelapan, November 2017
ISBN : 978-602-03-3189-8
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

 
The Book of Forbidden Feelings

Buku dengan cover yang simpel, namun begitu berbicara. Lihat, hanya ada tulisan judul, goresan bak benang kusut, dan nama penulisnya di cover bagian depan. Ilustrasi pada cover ini menurutku merupakan suatu gambaran kehidupan yang rumit.
Ini fotonya:



Buku hard cover ini bisa dikatakan sebagai sebuah buku kumpulan quotes dan ilustrasi karya Lala Bohang yang begitu apik dan memiliki makna yang dalam pula. Lala Bohang merupakan seorang seniman dan penulis yang bekerja di Jakarta. Buku berbahasa Inggris yang cantik ini sangat sesuai sekali dengan perasaan-perasaan yang kita rasakan setiap hari. 

Menurutku, buku ini agak sedikit ‘gelap’ karena menulis dan melukiskan hal-hal yang cukup berat dan kelam. Hal-hal yang biasanya sulit diungkapkan, tetapi sangat sesuai dengan apa yang kita semua rasakan. Buku ini juga dapat menjadi sebuah penenang dan motivasi, meskipun di akhir buku ini penulis mengatakan bahwa buku ini bukan buku motivasi. 

Buku yang keren dan sangat relate dengan kehidupan. Tentang pertanyaan, harapan, kekecewaan, kesedihan, kekosongan. Ah, pokoknya membaca buku ini serupa dengan membaca buku harian, bahkan aku merasa bahwa tulisan dan ilustrasi di buku ini adalah gambaran dari isi kepalaku. Selain itu, ilustrasinya yang cantik menjadi nilai lebih dari buku ini. Memang tak diragukan lagi ilustrasi-ilustrasi karya Lala Bohang selalu memukau. 

Banyak orang mengatakan bahwa buku ini terlalu kelam dan penuh nuansa pesimis, tapi menurutku hal itulah yang membuat buku ini menarik. Sebab, buku ini mampu menyadarkan kita bahwa segala hal-hal negatif yang kita rasakan juga dirasa oleh orang lain. Kita tidak sendiri menghadapi itu semua.




Beberapa tulisan yang paling aku sukai dari buku ini adalah :

You go home after doing all things you’re not interested in for a whole day. Meeting people who are nnot dreamers. Taking notes on things you would never pay attention to. Discussing matters that would never affect your mind and your life. Listening to everybody’s unimportant thoughts about what’s important and what’s not. Breathing in air which is located in the most cold-blooded place on earth called forced routine. The energy is so magnetic it comes from your basic needs: validation, things, and friendship.  –hal 109

What makes you willing to meet up with a long time friend? Great memories or unbrearable boredom. How do you react towards phone calls? Immadiately answer them or let it ring and call them back after a few second. Who is your favourite person to do absolutely nothing? You sibling, best friend, partner, or your ex-lover. What are you thoughts when you go to bed at night? Nothingness, your fear or disappointment, good things that happened that day or the love of your life who left you. How do you react towards bad dreams? Write them down in your journals that you carefully keep on your bedside table or you simply do not remember them. What are you thankful for? Your routines, your work, your best friend, your achievement, your time or your life. –hal 134 

Your happiness is always urgent. –hal 105

Bagaimana? Sangat menyentuh dan sesuai dengan kehidupan kita, bukan? 


Aku pribadi cukup menikmati buku ini. Menurutku, buku ini mengajak kita untuk berdamai dengan diri kita sendiri atas segala ketidaksempurnaan dalam hidup yang kita jalani. Membaca buku ini sebetulnya tak memerlukan waktu yang lama, tapi mampu membuat kita merenung cukup lama. 

Secara keseluruhan buku ini baguuus!❤

Rate: 4/5

Berbicara tentang buku. 
Entah kenapa akhir-akhir ini selalu tergerak untuk membeli buku puisi dan akhirnya pilihanku kali ini tertaut pada buku puisi karya Theoresia Rumthe dan Weslly Johannes.

Sekilas tentang buku kumpulan puisi Tempat Paling Liar di Muka Bumi
Judul : Tempat Paling Liar di Muka Bumi
Penulis : Theoresia Rumthe & Weslly Johannes
Jumlah halaman : 104 halaman
Tahun terbit : Cetakan kedua, Desember 2016
ISBN : 978-602-03-3177-5
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tempat Paling Liar di Muka Bumi
 
Sampul buku ini berawarna putih dengan ilustrasi seorang perempuan dan laki-laki, mereka terlihat seolah tengah menulis. Di bagian bawah tertera dua nama penulisnya. Seperti ini fotonya: 



Saat pertama kali melihat buku ini aku belum merasa tertarik, tapi di pertemuan kedua kita dari balik layar ponsel akhirnya aku tertarik dan memutuskan untuk memilikinya. Agak sulit untuk mengulas buku puisi, karena isinya berdiri sendiri-sendiri, walau memang selalu ada keterkaitan di antaranya. Tapi, karena buku ini ditulis oleh dua orang, aku merasa buku ini begitu ‘nyambung’. Yang satu mewakili perasaan perempuan, yang satu mewakili si lelaki. Saling melengkapi.

Tempat Paling Liar di Muka Bumi karya Theoresia Rumthe dan Weslly Johannes ternyata menyimpan banyak hal indah di dalamnya yang dikemas dengan rasa manis yang tak berlebihan oleh keduanya. Membaca buku puisi ini entah kenapa membuatku merasa seperti memiliki seorang kekasih wkwk. 

Yuk, intip sedikit isi puisinya! Di bawah ini akan aku tuliskan puisi-puisi dari halaman 68-69.

Kuasa Perpisahan

perpisahan perlu sedikit iman
karena melangkahkan kaki
dapat menjadi perihal yang mustahil,
seperti memindahkan sebuah gunung

dari kerumunan yang mengungkap kesunyian
aku memikul langkah-langkah yang berat
untuk kembali ke pantai itu sekali lagi
memecahkan teka-teki lahirnya lagu-lagu

dan lagu itu dirimu, pikiran yang menemukan kata
perasaan-perasaan yang menemukan nada-nada
apa kuasa malam-malam paling sunyi di bumi
bila telah kupunyai di dalam diriku, satu lagu

yang selalu baru tiap hari:
 
[WJ // 20 Maret: 22.14 ada kamu dan air putih, hangat]

”semoga kita bertemu di sebuah waktu di mana semuanya lebih natural dan sederhana. sesungguhnya tuhan itu pencinta. Ia lebih paham.” –Theoresia Rumthe 

adalah kuasa 

perpisahan adalah sebuah kuasa, seperti gelap yang berpisah sementara dari terang. Laut dan batas cakrawala. Debur ombak dan talit di pantai

perpisahan pun adalah jarak-jarak: jarak paling sederhana seperti mata yang satu dengan mata yang lain, hidung dengan bibir, alis dan kumis. Perpisahan memang perlu sedikit iman: bagaimana tuhan memisahkan segala sesuatunya dengan ukuran yang tepat. Tidak dapat dinalar dengan kepala. Tetapi tuhan berkuasa: memberi jarak yang sempurna dalam kesementaraan

[TR // 20 Maret: 22.32]

Nah, kata-kata di atas adalah puisi yang tertulis di dua halaman tersebut. Indah, ya!
 
Menurutku, di dalam buku ini terdapat banyak sekali kerinduan-kerinduan. Meski kita juga akan disuguhkan dengan puji-pujian, ungkapan kasih sayang, pertanyaan-pertanyaan, keyakinan dan segala tentang kebersamaan, tapi kerinduan tetap menjadi sorotan. 

Tempat paling liar di muka bumi ternyata diambil dari judul sebuah puisi di dalam buku ini, tepatnya di halaman 36. Di buku ini juga kita akan banyak dimanjakan dengan metafora dan diksi yang berkaitan dengan lautan, khas Indonesia Timur. Selain itu, bahasa di buku ini pun terkesan ‘liar’ dan berani, namun indah. Buku ini juga dilengkapi dengan beberapa ilustrasi cantik karya Lala Bohang. 

Buku ini sangat cocok dibaca bagi kalian yang sedang LDR! 

Rate: 4/5

Rasa Takut.



Hai, setelah mendengarkan lagu Nadin Amizah yang berjudul Kereta ini Melaju Terlalu Cepat, akhirnya aku sedikit demi sedikit mampu merangkai kata untuk menjabarkan ketakutanku. 

Sengaja kutulis, mungkin ada di antara kalian yang membaca tulisan ini juga merasakan hal serupa. Biar tidak merasa sendiri, sini sejenak kutemani. 

Ini kutulis lirik lagunya

Kereta ini Melaju Terlalu Cepat 
Nadin Amizah 

Malam kota lamaku
Aku di sini untuk sebentar
Saksi yang tlah berlalu
Lalu tertinggal terpaku ruang

Tawa yang telah pudar dan tua

Bergegas terlalu cepat
Masih takut untuk dicinta
Masih takut untuk saling menerima

Semuanya bepergian
Berlalu lalang, tak karuan
Sebentar perlahan sebentar
Tak kunjung percaya waktu telah berubah

Tawa yang telah pudar dan tua
Digantikan dengan takut dan gundah

Bergegas terlalu cepat
Masih takut untuk dicinta
Masih takut untuk saling menerima

Bergegas terlalu cepat
Pelan dalam menghapus nama
Pelan dalam semua tentang melupakan

Bergegas terlalu cepat
Masih takut untuk dicinta
Masih takut untuk saling menerima

Jumpa aku “di sana”
Entah di mana yang aku maksud
Kereta ini tak gentar
Terus melaju
Aku takut

Mendengarkan lagu di atas membuatku menyadari bahwa aku adalah manusia yang masih banyak takutnya. 

Ketakutan yang sedari dulu terus menghantui. 

Dulu, saat usiaku di bawah dua belas, aku selalu berpikir bahwa semakin tumbuh dewasa, aku akan menjadi orang yang lebih berani. Aku memandang bahwa ketakutan hanya berputar di sekitar rasa takut tidak dapat mengerjakan tugas sekolah, rasa takut tidak bisa pergi bermain bersama teman, takut akan sesuatu yang berkaitan dengan setan, dan beberapa hal lain. Agak konyol, tapi memang begitu.  

Tidak salah. Semua itu adalah bentuk rasa takut yang pasti hinggap di dalam pikiran semua orang. Tapi, ada sesuatu yang salah, yaitu anggapan untuk menjadi seorang pemberani. 

Pada kenyataannya memang begitu. Sebab, aku masih belajar. Belajar untuk menjadi orang itu. Orang yang mereka sebut pemberani, walau rasanya sulit sekali.

Semakin hari, ketakutanku malah semakin menjadi. Dan ketakutan-ketakutan masa kecil mulai tak terlalu memengaruhi. Ada hal-hal yang lebih rumit dari sekadar ketakutan yang dulu terlihat jelas di mata kecilku yang masih jernih. 

Rasa takutku kini semakin bervariasi dan lebih dalam lagi. 

Ketakutan akan apa?

Akan hidup dan segala yang melekat padanya. Kurang lebih begitu.

Aku tidak lagi terlalu takut perihal bayang-bayang ketakutan masa kecil, yang kutakutan berubah menjadi sesuatu yang lebih dari itu. Apakah hal itu akan membawaku “ke sana”? 

Seperti kata Nadin, “Jumpa aku di sana. Entah di mana yang aku maksud, kereta ini tak gentar, terus melaju. Aku takut.”

Jika ada yang bertanya “ke sana” itu kemana, maka aku pun akan menjawab tidak tahu. 

Nah, dari situ sudah terlihat dengan jelas ketakutanku. Aku tak tahu tujuanku. 

Bukankah hidup itu perjalanan dan setiap orang memiliki tujuannya masing-masing? Aku belum memiliki itu dan itulah yang kutakutkan.

Akan jadi apa, akan ke mana, akan dengan siapa. 

Kata-kata yang tampak biasa saja, tapi menyimpan ketakutan yang luar biasa.

Jujur, saat menuliskan ini perasaanku tak karuan. Sedih dan senang, putus asa dan memiliki harapan, serta segala yang bertolak belakang sedang berkecamuk dalam pikiran. Mengkhawatirkan sesuatu yang belum jelas. Bisa dikatakan begitu. 

“Kamu punya Tuhan Yang Maha Mengatur Segala Urusan.” 

Mungkin akan ada yang berkomentar demikian. Tapi, bukan itu. Bukan begitu maksudku. Aku percaya Tuhan, aku yakin pada-Nya. Namun, sebagai manusia kita juga diberi pilihan dan pilihan-pilihan itulah yang menakutkan. 

Aku takut terjerumus pada yang salah.

Beberapa minggu lalu aku sempat berbincang dengan seorang teman, tentang hal-hal yang kami takutkan. Dari situ, lagi-lagi aku menyadari bahwa aku tak sendiri. Kami sama-sama ketakutan ketika menyadari bahwa masa kanak-kanak sudah jauh kami tinggalkan. 

Terlebih, sekarang kami dikejar banyak tuntutan, serupa beban. Sayangnya, kami masih belum siap, semuanya terasa terlalu cepat bagi kami. 

Kalau kata Nadin,
Bergegas terlalu cepat
Masih takut untuk dicinta
Masih takut untuk saling menerima

Seperti itulah, waktu berganti secepat kilat sementara diri ini masih takut dicinta, sebab tahu bahwa luka adalah sisi lain darinya. Masih takut untuk saling menerima, sebab itu tak semudah seperti ketika kita mengucap sebuah kata.

Bergegas terlalu cepat
Pelan dalam menghapus nama
Pelan dalam semua tentang melupakan

Dan saat kata-kata di atas Nadin nyanyikan, aku benar-benar merasa bahwa aku tak sendirian. Sebelumnya aku selalu menyalahkan diri sendiri, karena amat lamban dalam menghapus nama, lambatnya melupakan dan cenderung senang menyimpan. Aku takut. Takut tak mampu beranjak ke tempat lain, sebab lama merasa nyaman berdiri di atas ingatan yang tak seharusnya dijadikan kenangan. Tapi ternyata, banyak yang juga sama-sama mengalaminya.

Semuanya bepergian
Berlalu lalang, tak karuan
Sebentar perlahan sebentar
Tak kunjung percaya waktu telah berubah

Tawa yang telah pudar dan tua
Digantikan dengan takut dan gundah

Begitulah kehidupan, selalu diisi dengan lalu-lalang. Pelan namun pasti semuanya akan tergantikan, waktu terus berjalan, sedangkan aku masih belum sepenuhnya mampu berdamai dengan setiap perubahan. Tawa kini diselingi dengan cemas, takut dan gundah tak kunjung lepas. 

Sekarang, di sini kita harus mulai memilih segala sesuatu sendirian, baik buruk itulah yang sering kita timbang kemudian. Menjadi seorang anak yang memiliki ketakutan itu rasanya menyenangkan, tapi beranjak dewasa dengan ketakutan itu cukup menyeramkan. 

Si kecil tak banyak tahu, takutnya sedikit.
Beranjak dewasa ia semakin banyak tahu, semakin banyak takut.
Dunia lebih buas dari yang ia kira.

Dan kita sama-sama tahu bahwa kereta ini melaju terlalu cepat. Aku tak tahu tujuan pastiku, tapi aku yakin kereta ini akan mengantarkanku ke suatu tempat yang indah dan kita akan berjumpa di sana untuk kemudian saling bertukar cerita tentang lika-liku sebuah perjalanan. 

Aku tahu aku takut,
Aku tahu kita takut, 
Dan takut ada untuk menyambut hal-hal baik. Begitu, bukan?

Semoga.

Terima kasih Nadin untuk lagunya yang indah. Yang mampu mengutarakan rasa mewakili kami semua.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

TEMUKAN SAYA

TERPOPULER

  • BerbicaraTentangBuku: Novel P. S. I Still Love You karya Jenny Han
  • Orang Asing di Sudut Ruangan
  • Lazuardi: Suatu Awal
  • BerbicaraTentangBuku: Kumpulan Cerita Madre karya Dee Lestari
  • Tentang Peter dan Wendy
  • BDHK: Setelah Hari Itu #3
  • Belanja Buku Online di Shopee Mizan Jakarta (mbcjakarta), Untung Besar!
  • Kepada yang menuliskan nama di atas pasir
  • Bertahan pada Pilihan
  • Cerita: Lazuardi [Bagian 1]

KATEGORI

  • #30DaysWritingChallange 10
  • Cerita 24
  • Cerita Bersambung 2
  • DAY 1 : Describe your personality 1
  • Lazuardi 2
  • Puisi 5
  • Serba-serbi Perbukuan 15
  • Tentang Film 5
  • Tentang Kehidupan 41
  • Ulasan Buku 17
Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
deefesef
Hi, Devi di sini! Menuliskan apa yang tidak akan pernah dia baca, juga menulis tentang berbagai rasa dan tanya, serta banyak hal lainnya. Temui saya di : @deefesef (Instagram)
Lihat profil lengkapku

ARSIP

  • ►  2023 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ▼  2020 (85)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (27)
    • ►  Agustus (16)
    • ▼  Juli (7)
      • Lupa karena Terbiasa
      • BerbicaraTentangBuku: Novel Peter Pan Karya J. M. ...
      • Menyembuhkan Diri Saat Pandemi
      • Mengenal Kepribadian INFP
      • BerbicaraTentangBuku: The Book of Forbidden Feelin...
      • BerbicaraTentangBuku: Tempat Paling Liar di Muka B...
      • Tentang Rasa Takut
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
  • ►  2019 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (1)
  • Beranda
  • Rangkaian Kata
  • Ulasan Buku

© - Devi Sofiyanti | Designed by OddThemes