Sastra Indonesia: Semester Dua dan Kesannya

Sastra Indonesia: Semester Dua dan Kesannya



Sastra Indonesia, jadi apa?

Mungkin pertanyaan di atas sudah tidak asing lagi di telinga para mahasiswa sastra Indonesia. Terkadang, pertanyaan tersebut mampu membuat diriku merasa cukup kesal karena yang menanyakan seolah tidak percaya bahwa lulusan sastra Indonesia dapat memiliki karir yang cemerlang. Namun, tak jarang pula yang memberikan respon positif ketika mengetahui bahwa diri ini sedang menempuh pendidikan di prodi tersebut.

Sesungguhnya, masih terlalu dini untuk menuliskan semua ini. Masih banyak pengalaman yang belum terlampaui, hanya beberapa kesan dan curhatan pribadi yang mampu diungkapkan di sini.

Kesan awal perkuliahan cukup dibuat terkejut, prodi ini memberikan kejutan yang luar biasa. Menjadi mahasiswi prodi ini ternyata bukan hanya sekedar bermodal pintar merangkai kata, cakap membuat alur cerita, dan pandai menikmati senja—seperti yang sering dikatakan orang-orang di luar sana. Sastra Indonesia mencakup jauh lebih luas dari hanya itu. Di sana kita akan membahas sejarah sastra, baik di dunia maupun di Indonesia, sampai mempelajari tata bahasa dari bahasa-bahasa lain yang memiliki hubungan dengan bahasa dan sastra Indonesia.

Pernahkah terlintas di kepalamu akan mempelajari bahasa Arab, bahasa Jawa Kuna, dan bahasa Sanskerta? Di sastra Indonesia kamu akan diajak untuk mempelajari bahasa-bahasa tersebut. Memang, hanya dasar-dasarnya saja. Tetapi, cukup membuat kepala terasa seperti sedang dikelilingi burung yang terbang melingkarinya. Namun, jangan khawatir, justru inilah yang membuatnya menyenangkan dan penuh tantangan. Mata kuliah lainnya pun tak kalah menyenangkan.

Sampai saat ini, sejujurnya aku masih memerlukan banyak adaptasi dengan prodi ini. Terlebih ketika menyadari teman-teman seperjuangan gemar membaca puisi, ada yang ingin menjadi jurnalis, bersemangat mengikuti segala macam lomba menulis, sedangkan aku... Inginku hanya mengabadikan momen lewat kamera dan menulis untuk berbagi kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai macam perasaan. Apakah pilihanku tepat? Apakah aku tidak tersesat? Entahlah.

Namun, aku merasa berada di tempat yang seharusnya. Meskipun seringkali materi pelajaran terasa agak sulit diterima. Tapi, di sini aku merasa punya nyawa. Punya sesuatu yang ternyata aku suka. Nyaman menjadi bagian darinya.


Sesederhana itu.

Soal karir, sastra Indonesia memiliki peluang yang sangat banyak di era modern seperti ini. bisa jadi penulis, jurnalis, MC, coppywriter, editor/penyunting, penerjemah, dll. Banyak sekali.

Aku tak tahu akan menjadi apa nantinya, tapi aku hanya ingin untuk selalu berbagi setiap perasaan yang terkadang sulit diutarakan.

Untuk saat ini kucukupkan sekian.

Inilah sekilas tentang apa yang aku rasakan selama berada di prodi Sastra Indonesia.

Masih terlalu awal, aku masih perlu lebih dalam mengenal.

0 Comments