Hanya Pelengkap Cerita

Ketika kamu bukan pemeran utama


Tak banyak yang kurasa akhir-akhir ini, satu-satunya yang paling akrab denganku adalah sebuah kekosongan. Aku merasa ada satu tempat dalam jiwaku yang tak berpenghuni dan tak tahu siapa yang berhak menghuninya. Bingung kerap menghampiri, sedang sakit sudah lama terperi. Seperti kehilangan sesuatu yang tak pernah menjadi milikku. Seperti berada dalam satu buku yang sesungguhnya tidak pernah tercipta untukku.

Kau tahu, barangkali aku hanyalah seorang tokoh pelengkap cerita yang hadir di sela-sela kisahmu dengannya. Aku tak pernah menjadi peran utama dalam buku yang kau baca. Aku menyadari itu setelah ratusan purnama kita tak berjumpa. Rupanya bukan hanya aku yang menghindari kita untuk bertatap muka, tetapi alam pun tak berkenan untuk melihat kita kembali beradu dalam satu buku yang sama.

Buku yang kamu baca telah sampai di halaman terakhir. Cerita kita sudah berhenti, maksudku cerita kalian. Karena aku tidak pernah benar-benar hadir di dalamnya.  Dan kau sadar bukan bahwa sejak pertengahan halaman aku sudah tiada? Peranku sudah dilupakan oleh penulisnya. Ia merasa sudah tak memerlukan lagi aku dalam kisahmu. Dia menuliskan buku yang baru untukku, tanpa kamu. begitu pun sebaliknya. 

Meski sudah berada di buku yang berbeda, tapi aku tetap saja merasa hampa. Sebab, aku terlalu menikmati cerita kita di buku sebelumnya. Cerita yang sebenarnya tak pernah bercerita tentang kita. Aku dan kamu hanya kebetulan berada di garis yang sama dan sempat saling bersentuhan. Sesingkat itu kita. Bahkan tak banyak yang kuingat tentang kisah itu, namun entah kenapa rasanya masih menyesakkan dada.

Peran utama tak menjadi jaminan kisah itu sempurna, ketika di dalamnya tak ada satu pun dialog tentang kita.

Ada ruang kosong dalam diriku yang tak akan pernah sirna.


0 Comments